Bagi Islam, Kesehatan Itu Wajib

Selamat Datang Di Blog Saya, Kali Ini Saya kan Membagikan Artikel Tentang "Bagi Islam, Kesehatan Itu Wajib" Oke Langsung Saja Baca Artikelnya nya hanya Di Blog ini.


Ebola sebagai sebuah penyakit menular akhir-akhir ini ramai diberitakan oleh media massa di Indonesia. Ada kekhawatiran dari masyarakat serta pemerintah Indonesia akan menyebarnya penyakit ini di negeri Nusantara. Walaupun sudah ada beberapa penegasan bahwa penyakit ini tidak dan belum menyebar di Indonesia. Isu tersebut seolah “menjadi raja” berita di samping pemberitaan Front Pembela Islam (FPI)-Ahok serta Jokowi di Media Massa. 

Sebagai seorang Muslim masyarakat Indonesia tentu harus melihat permasalahan penyakit serta kesehatan dari aspek internal dan eksternal. Artinya bahwa sebuah penyakit tidak melulu ditentukan oleh lingkungan yang berada ia berada di dalamnya tetapi juga bagaimana ia senantiasa mampu menjaga diri dari berbagai penyakit. Ini menjadi hal  yang sangat peting karena masyarakat Muslim di Indonesia adalah mayoritas. Oleh sebab itu ia akan dilihat dari seluruh aspek oleh masyarakat yang lainnya selain muslim, tidak terkecuali kesehatan. 

Maka perlu kiranya menghadirkan serta menyegarkan kembali konsep penjagaan diri dari penyakit atau menjaga kesehatan dalam perspektif Islam. Karena memang harus menjadi suatu kepercayaan total, i’tiqadi, bahwa Islam mencakup seluruh aspek. Walaupun pencakupan ini lebih bersifat prinsipil daripada tekhnis dan metodis. Sebagai bukti Ibn al-Sina dengan masterpiece-nya mampu menjadi “patokan” ilmu kesehatan dan kedokteran bukan hanya bagi masyarakt muslim as sich tetapi juga seluruh orang di Dunia. 

Bukti faktual tersebut tiada lain berangkat dari semangat Islam Rahmatan lil ‘Alamin. Dalam surah al-Anbiya [21]: 106 jelas secara eksplisit disebutkan bahwa diutusnya nabi Muhammad adalah tiada lain adalah rahmat bagi seluruh alam. Artinya  nabi Muhammad menjadi wujud kongkret daripada Islam dalam seluruh aspek kehidupan manusia. Walaupun tentunya ada hal-hal yang harus disadari bahwa peran serta posisi nabi bukan hanya seabagai nabi tetapi juga manusia biasa, hakim, pemimpin, ayah, dan seorang suami, sebagaimana yang dinyatakan oleh al-Qarafi dan dipertegas oleh M Syaltut.

Dalam surah al-Qalam nyata tegas bagaimana Allah menggambarkan keagungan akhlak nabi, wa innaka la’ala khuluqin ‘adzim. Ayat ini kemudian lebih tegas dijelaskan oleh istrinya, ‘Aisyah bahwa akhlak nabi Muhammad tiada lain adalah al-Qur’an. oleh sebab itu seorang Muslim, Indonesia khususnya, bukan hanya mengambil keuswahannya dari aspek ibadah mahdlah saja tetapi juga ibadah ghairu mahdlahnya. Dengan kata lain seoerang Muslim harus mengambil semangat uswah kenabian tidak hanya dari aspek ubudiyyah rabbaniyyah tapi juga ubudiyyah insaniyyah, dan salah satunya adalah kesehatan.

Disinilah peran para ulama hadis yang secara formal ditadwinkannya hadis pada masa ‘Umar bin ‘Abd al-‘Aziz dalam sebuah kitab. Hadis yang secara istilah segala sesuatu yang disandarkan kepada nabi dari perbuatan, perkataan, sifat serta keputusan nabi, menjadi sangat penting bagi seorang Muslim. Apalagi kalau bukan sebagai semangat hidup untuk mencontoh nabi sebagai suri tauladan abadi. Maka tidak salah jika ia diposisikan oleh salah satu orientalis terkemuka sebagai orang nomor satu di dunia semenjak dunia itu ada.
 
Dalam kitabnya al-Sunnah Masdhar al-Ma’rifah wa al-Hadlarah Yusuf al-Qardlawi dengan gamblang menjelaskan bagaimana sunnah menjadi sumber peradaban serta pengetahuan yang sangat penting bagi manusia. Jauh hari Imam Ibn al-Qayyim pernah berkata, “Barangsiapa yang merenungkan petunjuk Nabi saw, maka ia akan mendapatkannya sebagai sebaik-baik petunjuk yang memungkinkan untuk memelihara kesehatan dengannya”. Terkait hal tersebut Rasulullah, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibn ‘Abbas kemudian ditakhrij oleh Imam Bukhari dalam kitab Shahih nya, bersabda;

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua nikmat yang di dalam keduanya banyak orang tertipu, sehat dan waktu senggang (HR. Bukhari).

Dalam riwayat al-Tirmidzi dan Ibn al-Majah dari ‘Ubaidullah bin Muhshan al-Anshari bahwa Rasulullah pernah bersabda

مَنْ أَصْبَحَ مِنْكُمْ مُعَافًى فِى جَسَدِهِ آمِنًا فِى سِرْبِهِ عِنْدَهُ قُوتُ يَوْمِهِ فَكَأَنَّمَا حِيزَتْ لَهُ الدُّنْيَا
“Barangsiapa yang pada pagi hari tubuhnya dalam kondisi sehat, dadanya dalam keadaan tentram, dan dia mempunyai makanan pada hari itu, maka seakan-akan dunia ini diperuntukkan untuknya (HR. Al-Tirmidzi dan Ibn Majah)

Di dalam Musnad Ahmad  dalam bab hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakr al-Shiddiq bahwa khalifah pertama itu mendengar Rasululllah saw bersabda,

سَلُوا اللَّهَ الْمُعَافَاةَ - أَوْ قَالَ الْعَافِيَةَ - فَلَمْ يُؤْتَ أَحَدٌ قَطُّ بَعْدَ الْيَقِينِ أَفْضَلَ مِنَ الْعَافِيَة

“Mintalah kalian keyakinan dan kesehatan Allah karena tiada ada yang nikmat yang lebih utama yang diberikan oleh Allah setelah keyakinan selain kesehatan (HR. Ahmad)

Dari tiga hadis yang beragam ini bisa dilihat bagaimana Rasulullah menjadikan kesehatan sebagai hal yang sangat fundamental bagi keberlangsungan keimanan seseorang yang terkadang banyak dilupakan dan dilalaikan oleh manusia sebagaimana ditegaskan pada hadis pertama. Kelalaian itu bisa berupaka tidak adanya sikap syukur dengan menyia-nyiakan kesehatan. Kata “menyia-nyiakan” disini berarti tidak menjadikan kesehatan itu sebagai sarana untuk selalu taat dan menjalankan kewajiban manusia sebagai ‘abid kepada Allah yang ma’bud dan tidak memberikan manfaat-manfaat sosial terhadap yang lain. Shahibu Zadul Ma’ad pun menegaskan bahwa dengan keyakinan, dia akan selamat dari hukum-hukum akhirat; dan dengan kesehatan, dia dapat mempertahankan diri dari berbagai penyakit dunia di dalam hati dan badanya.

Hal ini kemudian menjadi nampak dari usaha para ulama fiqh yang selalu menempatkan bab al-Thaharah di awal pembahasan fiqh. Ini tiada lain karenathaharah merupakan kunci dari ibadah sehari-hari. Dalam qawa’id ushuliyyah para ulama menegaskan ما لا يتم والواجب إلا به فهو واجب. Shalat sebagai suatu kewajiban seorang muslim tidak akan sempurna kecuali dengan sarana, dan sarana itu adalah wudlu. Maka wudlu itu kemudian dihukumkan menjadi wajib sebagaimana hukum shalat.

Pentingnya kebersihan serta kesehatan bagi Nabi pun nampak dari kewaspadaannya terhadap hal-hal yang akan mengantarkan penyakit baginya. Seperti larangan nabi untuk tidak mandi di air yang tergenang ketika ia junub, anjuran serta perintah nabi untuk senantia mencuci tangan setelah seseorang baru bangun dari tidurnya, serta anjuran nabi untuk menjaga pola makan agar seseorang tidak cepat terkena penyakit.
لاَ يَغْتَسِلُ أَحَدُكُمْ فِى الْمَاءِ الدَّائِمِ وَهُوَ جُنُبٌ (رواه مسلم)
إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَلاَ يَغْمِسْ يَدَهُ فِى الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلاَثًا فَإِنَّهُ لاَ يَدْرِى أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ (رواه مسلم)
مَا مَلأَ آدَمِىٌّ وِعَاءً شَرًّا مِنْ بَطْنٍ بِحَسْبِ ابْنِ آدَمَ أُكُلاَتٌ يُقِمْنَ صُلْبَهُ فَإِنْ كَانَ لاَ مَحَالَةَ فَثُلُثٌ لِطَعَامِهِ وَثُلُثٌ لِشَرَابِهِ وَثُلُثٌ لِنَفَسِهِ (رواه الترمذى)
“Janganlah salah seorang dari kalian mandi di air yang tergenang, padahal dia dalam keadaan junub” (HR. Muslim)

“Apabila salah seorang dari kalian bangun dari tidurnya, maka jaganlah ia mencelupkan tangannya ke dalam bejana, sampai ia membasuhnya tiga kali. Karena sesungguhnya ia tidak tahu dimana tangannya bermalam” (HR. Muslim)

“Tidak ada tempat yang lebih jelek dari perut seseorang yang dipeuhi oleh makanan. Cukuplah bagiya beberapa makanan (dan dalam riwayat beberapa suap) untuk menegakkan tulang punggungnya. Dan sekiranya harus demikian, maka sepertiga untuk mekanannya sepertiga untuk minumannya, dan sepertiga untuk bernafas” (HR. Ahmad)

Nampak bahwa hal-hal yang dianggap sepele selau diperhatikan Rasulullah karena dalam hal seperti itulah terkadang penyakit yang akan mengganggu kesehatan pun akan datang. Oleh sebab itu senantiasa Rasulullah pun selalu berdoa kepada Allah agar terkhindar dari berbagai penyakit, “Ya Allah sesungguhnya aku ini berlindung kepada Mu dari penyakit kusta, gila, lepra dan dari penyakit yang menjijikan” (HR. Ahmad).

Sebenarnya masih banyak hadis-hadis yang lain yang terkait dengan prinsip serta kewaspadaan Nabi akan datangnya berabagai penyakit kepada manusia. Namun cukuplah – untuk kali ini – hadis-hadis yang penulis lampirkan pada kali ini sebagai sebuah renungan bahwa Rasulullah selalu dan senantia menjaga kesehatan dan menjauhi dirinya dari berbagai penyakit. Namun satu hal yang perlu diingat bahwa ketika seseorang Muslim berada dalam keadaan sehat, apalagi lagi yang harus dilakukan kecuali ia kesehatan itu harus diorientasikan pada ketaatan kepada Allah, serta memberi manfaat kepada orang lain.

Disisi lain dengan ini seorang Muslim Indonesia harus bisa membuktikan bahwa penyakit dan ketidakbersihan bukanlah hal yang akrab bagi seorang Muslim karena sudah jelas bahwa Allah pun mencitai orang-orang yang sering bertaubat dan bersuci. Ia pun dituntut untuk selalu menyebarkan “rahmat”, kepada seluruh manusia dalam konteks ini mengatakan bahwa Rasulullah saw sebagai uswahsenantiasa menjaga dirinya dari berbagai penyakit.
Previous
Next Post »

1 comments:

Click here for comments
November 20, 2014 at 5:06 PM ×

Selamat Datang Di Blog Saya "Fokus-Belajar"

Selamat Unknown dapat PERTAMAX...! Silahkan antri di pom terdekat heheheh...
Balas
avatar
admin

PERINGATAN !!!

1. Berkomentarlah sesuai topik pembicaraan
2. Dilarang membuat masalah/mengejek dengan komentator lain
3. Dimohon untuk berkomentar dengan bahasa Indonesia yang baku dan sopan
4. Terima Kasih Telah Mematuhi Peraturan Blog Ini Show Conversion Code Hide Conversion Code Show Emoticon Hide Emoticon

Thanks for your comment